Banyak selentingan yang beredar diantara para penanam jahe bahwasanya jahe nantinya sudah tidak ada yang beli, hal ini diperkuat dengan fakta di lapangan banyak jahe yang sudah waktunya di panen akan tetapi belum dipanen oleh karena tidak adanya pembeli, wah kok bisa ?
Ya begitulah faktanya, kontradiktif dengan di tengah isu digalakannnya perkebunan jahe di Mamuju, sul-bar justru para petani saat ini sudah tidak memiliki saluran distribusi pemasaran jahe lagi. Adapun objek pengamatan saya terfokus hanya kepada petani jahe di lingkungan ala-ala dan salunangka, kec. simboro.
Sementara itu dari beberapa informasi yang saya peroleh, pembukaan lahan jahe di mamuju saat ini memang lagi "menjadi-jadinya" terutama di wilayah botteng dan sekitarnya, banyak para pemodal yang ber-investasi lahan diwilayah ini yang ujung-ujungnya juga akan menanam jahe. wah luar biasa....ditengah ketidakpastian pemasarannya ternyata jahe masih "hangat"bagi para pemodal untuk terjun ke dalam agrobisnis yang satu ini.
pertanyaannya adalah kemana hasil panen ini akan dibawa ? Semua berharap PT Sidomuncul akan bersedia menyerap produksi jahe petani di Mamuju ini, tapi itupun masih sebatas wacana sampai saat ini, dan seandainya pun memang dibeli oleh PT Sidomuncul, pertanyaan berikutnya adalah seberapa besarkah daya serapnya ? mungkinkah menyerap seluruh produksi petani yang mencapai ratusan ton per bulannya bahkan lebih ?.
Pemasaran sekarang menjadi begitu vitalnya kalau seandainya saluran distribusi pasar macet, maka dapat dipastikan komoditas jahe Mamuju akan mencapai titik antiklimaks, dan pada saatnya petani akan mulai meninggalkan jahe ke komoditas jangka pendek lainnya.
Bagi anda pelaku usaha di bidang perjahean, entah itu pedagang pengumpul, pedagang antar pulau, eksportir, pelaku industri pengolahan jahe dll kini saatnya anda mengalihkan supply bahan baku usaha anda ke Mamuju, buatlah skema kerjasama yang saling menguntungkan sehingga anda berhasil dan petani Mamuju pun sejahtera. Semoga..............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar