Translate

Rabu, 02 Mei 2012

NILAI TAMBAH DARI PRODUK OLAHAN JAHE

Selama ini rimpang jahe lebih banyak dipasarkan dalam bentuk segar. Padahal, jahe bisa diolah menjadi berbagai produk yang mampu memberi nilai tambah bagi para petani. Pengolahan produk jahe segar ini terutama sangat diperlukan ketika panen raya dan harga mengalami kejatuhan. Juga ketika sebagian areal tanaman terserang penyakit. Tanaman jahe yang sampai dengan umur 3 - 4 bulan sehat walafiat, bisa saja kemudian terserang cendawan fusarium atau bakteri pseudomonas hingga seluruh areal tanaman menjadi layu dan mati. Sebelum terlambat, begitu tampak satu dua tanaman terserang penyakit, sebaiknya seluruh tanaman segera dipanen muda untuk dijadikan asinan jahe (pickle). Dengan cara ini petani bisa terhindar dari kebangkrutan. Selain terbawa oleh benih, penyakit layu cendawan dan bakteri ini juga disebabkan oleh lahan yang masih tercemar bibit penyakit. Bisa pula penyakit datang dari lahan pertanian di sekitarnya.

Bahan untuk produk olehan jahe, dalamhal ini hanya dibatasi jahe gajah atau jahe badak, yakni jahe yang ukurannya paling besar dan produktivitasnya paling tinggi. Sebab jahe emprit atau jahe sunti, lebih banyak dimanfaatkan untuk minyak asiri dan oleoresin. Sementara jahe merah lebih banyak diolah untujk bahan jamu. Jahe gajah alias jehe badak merupakan komoditas jahe yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Jahe badak yang akan dioleh, dibedakan menjadi jahe muda (umur 3 - 4 bulan) dan jahe tua (umur di atas 9 bulan). Selain itu, masih dikenal pula rebung jahe, yakni jahe yang masih sangat muda, yakni umur sekitar 1 bulan. Jahe muda biasanya diolah menjadi asinan jahe, jahe dalam sirup dan kristal jahe.
Dikenal dua macam asinan jahe, yakni asinan jahe cina dan australia. Asinan jahe cina adalah jehe muda yang dikupas dan dipotong-potong sesuai dengan kelas mutunya, kemudian dicampur garam. Volume garam 30% dari volume jahe yang telah dikupas dan dibersihkan. Jahe yang telah tercampur garam, dimasukkan ke dalam wadah kemudian ditutup rapat dengan pemberat. Setelah 24 jam, cairan yang keluar dari daging jahe dibuang. Ke dalam wadah itu, ditambahkan lagi garam dan cuka dengan perbandingan 30% dari volume jahe. Adonan ini selanjutnya diperam selama 1 minggu (7 hari) sampai siap dipasarkan. Asinan jahe cina dibedakan menjadi beberapa kualitas.  yakni 1 Young Stem Ginger; 2 Choise Selected Stem Ginger; 3 Fingers; 4 Cargo Ginger; 5 Skins, Shavings, Tops dan Tails. Proses pembuatan asinan jahe cina relatif sangat sederhana. Sebab pada prinsipnya hanya berupa pengupasan, pemotongan, pencucian dan pemeraman dengan garam selama 24 jam, kemudian pemeraman dengan garam dan cuka selama seminggu.  
Proses pembuatan asinan jahe australia juga dimulai dengan pengupasan, pemotongan, pencucian dan kemudian pemeraman. Bahan untuk memeram asinan jehe australia adalah garam 15% (separo asinan cina); larutan asam sitrat 1%; larutan belerang dioksida 5%. Larutan belerang dioksina, digunakan untuk mencegah berubahnya warna daging umbi jahe menjadi kecokelatan. Pemeraman asinan jahe australia hanya dilakukan sekali, namun jangka waktunya antara 1 bulan sd. 1 tahun, tergantung kapan jahe itu akan dipasarkan. Produk jahe dalam sirup juga dikenal model cina dan australia.
Jahe dalam sirup model cina, sebenarnya jahe asin yang diberi sirup. Caranya, jahe asin dicuci bersih kemudian direndam dalam air bersih selama dua hari untuk melarutkan garam dan cuka. Setelah itu jahe direbus selama 10 menit. Selama perebusan, rimpang asinan ini ditusuk-tusuk dengan garpu untuk memudahkan pelarutan gula ke dalam daging umbi jahe. Pelan-pelan dimasukkan gula pasir ke dalam wadah perebusan. Volume gula yang diperlukan sebanyak 60% dari volume jahe. Air juga perlu ditambahkan sampai seluruh gula larut dan asinan terendam. Perebusan dilakukan selama 45 menit. Kemudian api dimatikan dan diperam selama 2 sd. 3 hari. Setelah itu kembali dilakukan perebusan tahap II selama 45 menit. Setelah itu jahe dalam sirup model cina siap untuk dipasarkan. Kemasan jahe dalam sirup model cina biasanya berupa wadah drum atau guci, dengan volume 100 kg. dan 50 kg. atau sesuai dengan pesanan.
Jahe dalam sirup model australia, juga berasal dari bahan baku asinan jahe australia yang sudah tersimpan di atas 1 bulan. Sebelum diproses dengan larutan gula, asinan jahe ini direbus sampai lunak. Tujuan perebusan adalah untuk menghilangkan belerang dioksidanya. Setelah lunak, jahe diangkat dan ditiriskan kemudian dimasukkan ke dalam larutan sirup dengan kepekatan 30%. Larutan sirup ini kemudian dipanaskan dalam suhu sekitar 50° C selama 15 menit. Setelah itu jehe diangkat, ditiriskan dan kemudian kembali dimasukkan ke dalam larutan sirup. Proses pembuatan jahe dalam sirup model cina dan australia, sering dianggap kurang praktis. Hingga kadang-kadang jahe dalam sirup langsung diproduksi dengan bahan baku jahe segar. Pertama jahe muda segar dikupas, dipotong-potong dan dicuci bersih. Potongan jahe ini kemudian direbus dalam air tawar selama 15 menit untuk mengurangi tingkat kepedasannya. Selanjutnya jahe direbus dalam larutan gula. Volume gula yang digunakan sebanyak 75% dari volume jahe. Perebusan dilakukan selama 45 menit, kemudian didinginkan selama 2 hari dan didihkan lagi selama 45 menit.
Yang dimaksud dengan jahe kristal adalah proses pengolahan lebih lanjut dari jahe dalam sirup model cina maupun australia. Setelah perebusan tahap II, jahe dalam sirup model cina kembali didinginkan selama 2 hari. Setelah itu dilakukan perebusan tahap III sampai sirupnya menjadi sangat pekat. Setelah itu jahe ditiriskan, dicampur dengan kristal gula dan dikeringkan. Setelah kering, kristal jahe dikemas untuk dipasarkan. Jahe kristal model australia, juga berasal dari jahe dalam sirup. Dalam model australia, tidak dilakukan perebusan. Jahe yang telah ditiriskan langsung dimasukkan ke dalam larutan gula pekat, dimasukkan ke dalam gula sukrosa dan dikeringkan dengan dehidrator dalam suhu 50° C selama 2 jam. Sama halnya dengan jahe dalam sirup, jahe kristal juga bisa dibuat secara langsung dengan bahan baku jahe segar. Caranya, jahe dalam sirup yang berasal dari jehe segar, kembali direbus sampai larutan gulanya menjadi pekat. Setalah itu jahe dilumuri gula pasir dan ditiriskan serta dikeringkan.
Kalau jahe muda merupakan bahan baku asinan, jahe dalam sirup dan jahe kristal, maka jahe tua biasanya dikeringkan. Selama ini, petani jahe kita selalu menjual produknya dalam bentuk jahe tua segar. Kalau kebetulan pada saat panen raya harga jahe jatuh, maka petani kita akan gigit jari. Padahal, jahe bisa dikeringkan dengan cara yang sangat sederhana untuk memperoleh nilai tambah. Ada empat macam jahe kering yang diperdagangkan di pasar internasional. Keempat macam produk jahe kering itu adalah: 1 Scraped ginger, yakni rimpang jahe yang dikupas, diiris dan dikeringkan. 2 Coated gingger, yakni irisan jahe tanpa dikupas dan dikeringkan. 3 Bleached ginger, yakni irisan jahe yang sebelum dikeringkan terlebih dahulu dicelupkan ke dalam air kapur. 4 Black ginger, yakni jahe utuh tanpa dikupas yang dicelupkan ke dalam air mendidih lalu dikeringkan. 
Black ginger paling mudah dibuat oleh para petani kita, sebab panen jahe tua selalu terjadi pada bulan Juni atau Juli bertepatan dengan musim kemarau. Rimpang jahe tua segar, harus dibersihkan akar-akarnya. Setelah itu dicuci bersih lalu dicelupkan ke dalam air mendidih selama 15 menit. Pencelupan dilakukan dengan menggunakan keranjang bambu dengan anyaman jarang, yang diberi tali untuk pengikat galah. Galah ini berguna agar keranjang bisa diangkat untuk dimasukkan ke dalam drum maupun ditarik kembali. Jahe segar ditaruh dalam keranjang tersebut, kemudian keranjang dicelupkan ke dalam wadah berisi  air mendidih. Biasanya air dididihkan dalam drum besar. Diameter keranjang untuk wadah jahe, harus sedikit lebih kecil dari diameter drum. Setelah dicelup air mendidihn jahe ditiriskan dan selanjutnya dijemur sampai kering. Diperlukan waktu sekitar satu minggu agar diperoleh tingkat kekeringan dengan kadar air 10 sd. 15% sesuai dengan standar perdagangan. 
Produk jahe kering dengan harga tertinggi adalah Scraped ginger. Produk ini adalah jahe gajah kualitas baik dengan ketuaan optimal yang dikupas, diiris dan kemudian dikeringkan. Yang harganya agak lebih murah adalah Coated gingger, yakni jahe kering irisan tanpa dikupas. Baik Coated gingger maupun Scraped ginger akan disebut sebagai Bleached ginger, kalau sebelum dikeringkan terlebih dahulu dicelup ke dalam air kapur. Karena panen jahe di Indonesia pasti jatuh pada pertengahan musim kemarau, maka tidak akan pernah ada kesulitan dalam upaya pengeringannya. Sebab pengeringan dengan menggunakan energi matahari, tetap paling murah jika dibandingkan dengan pengeringan menggunakan dryer. Namun untuk memperoleh kualitas jehe kering terbaik dengan kadar air 10%, diperlukan kombinasi pengeringan tenaga matahari dengan dryer. Di Indonesia, dryer berenergi tenaga matahari juga tetap paling murah. Namun dryer dengan pemanas kayu bakar serta limbah pertanian pun, juga tetap murah.
Sebenarnya produk jahe kering ini masih bisa diolah lebih lanjut menjadi tepung (serbuk jahe). Pengolahan jahe kering sampai menjadi serbuk dilakukan dengan penggilingan biasa sampai mencapai ukuran 50 - 60 mesh. Penggunaan jahe bubuk terbanyak adalah untuk oleoresin dan minyak asiri. Namun penggunaan untuk rempah dan minuman jahe pun, sekarang juga mulai marak di negarai kita. Penggunaan oleoresin makin lama akan semakin meluas, sebab produk ini tidak mungkin tergantikan dengan tepung jahe. Tingkat kepedasan, aroma dll. oleoresin sudah bisa distandarkan. sementara persyaratan perdagangan tepung jahe tidak sampai ke tingkat kepedasan dan keharumannya. Saat ini, produsen oleoresin terkemuka di duni adalah Prancis dan India. Beberapa eksportir jahe kita, selalu mencari jahe segar ke Australia dan RRC untuk direekspor ke India. Padahal dengan melakukan pengolahan  secara sederhana, kita akan bisa memperoleh nilai tambah yang sangat menguntungkan bagi para petani. (R) * * *   (http://foragri.blogsome.com)

Tidak ada komentar: