Translate

Senin, 30 April 2012

Jahe Merah : Bisakah Over-Supply ?

Sudah menjadi rahasia umum dalam dunia ekonomi termasuk dalam bisnis agrobis, bahwa ada kalanya penawaran(supply)  di pasar jauh melampaui permintaan (demand), dalam kondisi "cateris paribus" maka otomatis harga produk tersebut akan terjun bebas. Over supply adalah sebuah kondisi di mana pasokan suatu komoditas terlalu berlebih yang mengakibatkan harga turun drastis.

Para penggiat jahe juga tentu menyadari bahwa kondisi over supply  tersebut memang sangat mungkin terjadi kapan pun dan dimana pun, terutama pada saat dimana telah terjadi panen melimpah dan berbarengan di berbagai sentra penanaman jahe. Sebenarnya memang penyebab harga turun bukan hanya banyaknya pasokan jahe tetapi juga bisa terjadi apabila kualitas jahe yang diminta pasar tidak dapat dipenuhi oleh pasokan yang ada, "quality doesn't meet the demands".

Terus apa yang harus dilakukan oleh para petani jahe ?
beberapa hal dibawah ini mungkin bisa "menyelamatkan" petani dari keterpurukan harga jahe :
  1. Tanamlah jahe secara bertahap sehingga masa panen tidak adakan tiba secara bersamaan
  2. Jangan terpaku untuk menjual jahe basah, tingkatkan kemampuan untuk mengolah jahe basah menjadi jahe kering, jahe bubuk, minyak jahe dll.
  3. Tingkatkan kualitas jahe anda sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.
  4. Perluas jaringan pemasaran anda sehingga tidak menjadi objek monopoli tengkulak.
Pangsa pasar jahe sebenarnya sangatlah luas karena kegunaan jahe yang beraneka ragam, tetapi apa gunanya pasar yang luas kalau kita  tidak memiliki akses terhadapnya, kini saatnya petani sudah pada melek internet, koran, televisi, radio, e-paper dll, carilah berita dan informasi sebanyak mungkin tentang perkembangan harga komoditas jahe diluar sana. Akhir kata, tentu jahe memang bisa over supply di pasaran, tetapi masih banyak yang dapat dilakukan untuk menyiasatinya. Jangan Kapok Jadi Petani....................

 

Minggu, 29 April 2012

Kerjasama dengan PT. Sidomuncul

Habis buka buka berita yang terkait dengan nasib petani jahe merah di Mamuju, saya menemukan sedikit titik cerah yang mampu menjadi solusi bagi pemasaran komoditi jahe produksi petani Mamuju.
Apakah itu ? adalah perhatian pemerintah yang begitu besar terhadap nasib para petani dalam rangka menghindarkan petanai dari praktek monopoli harga jahe di Mamuju, sebagaimana diketahui harga jahe di level petani saat ini berkisar Rp. 7.000,- / kg.

 "Di mamuju tidak ada pedagang besar jahe antar pulau" kata Bapak Bupati Suhardi Duka beberapa waktu yang lalu, adapun langkah riil yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten adalah dengan mengutus Bpk wakil bupati dan rombongan untuk mengadakan pertemuan dengan para petinggi PT Sidomuncul di Semarang (mungkin saat ini tim negosiasi  masih berada di semarang), mudah-mudahan nanti dicapai sebuah deal atau kesepakatan sehingga perusahaan jamu terkenal ini bersedia menampung hasil panen petani Mamuju entah bagaimana  bentuk kerjasamanya, mungkin bisa model perdagangan antar pulau, atau pun perusahaan ini melakukan investasi pembangunan pabrik di Mamuju. Selama ini memang rantai pemasaran jahe merah petani Mamuju sangatlah panjang untuk bisa sampai di pabrik jamu/ konsumen akhir, sehingga harga yang dinikmati petani sangatlah murah yang disebabkan oleh banyaknya tangan yang terlibat untuk mencari keuntungan.

Seandainya memang benar terjadi, maka sebuah mimpi besar bagi pengembangan jahe merah di Mamuju akan segera menjadi kenyataan, kesejahteraan petani pun dapat dipastikan akan meningkat. kalau petani sejahtera, maka Mamuju pun sejahtera karena mayoritas penduduk Mamuju adlaha petani............bersambung

Sabtu, 28 April 2012

Budidaya jahe merah perlu kerja sama petani, distributor, dan pengusaha

Walau kebutuhan jahe sangat tinggi, jahe perlu diolah terlebih dahulu sebelum dipasarkan sampai ke tingkat konsumen akhir. Selain industri jamu dan minuman, jahe merah juga dibutuhkan industri kosmetik sebagai bahan baku produksi kosmetik.

Jahe adalah bahan baku terbesar kedua dalam produksi jamu setelah temu lawak. Selain jahe merah, sebenarnya juga ada jenis lain yang tak kalah bermanfaat, seperti jahe emprit dan jahe gajah. Namun sepertinya, saat ini pamor jahe merahlah yang sedang naik daun.

Permintaan jamu dan produk olahan jahe, terutama jahe merah yang meningkat membuat budi daya jahe merah saat ini memiliki prospek bisnis yang cerah. Sayangnya, di tengah meningginya kebutuhan, data Kementerian Pertanian malah menunjukkan, produksi jahe secara total pada 2010 ini justru menurun. Jika pada tahun 2009 produksi jahe mencapai 122.000 ton, tahun ini diperkirakan hanya sebesar 108.000 ton.

Ini berarti di tengah permintaan jahe yang melonjak, jumlah produksi malah turun sebesar 14 juta kg. Penurunan ini terjadi karena kondisi cuaca yang kurang mendukung akhir-akhir ini. "Kebutuhan jahe untuk industri jamu tahun ini diperkirakan sebesar 92.897," kata Sumardi Noor, Kepala Seksi Bimbingan Usaha Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian.

Selain untuk industri jamu, jahe juga banyak dibutuhkan untuk bahan baku kosmetik. Menurut Sumardi, kebutuhan pasar domestik yang tinggi, membuat produksi jahe untuk saat ini hanya cukup memenuhi kebutuhan pasar lokal saja.

Sumardi menjelaskan, selain penurunan produksi, ada kendala lain yang dihadapi petani jahe. Kendala itu adalah petani lokal belum mampu memenuhi seluruh syarat kualitas jahe yang ditetapkan industri. "Seperti, petani belum bisa memenuhi kadar air minimal," katanya.

Ekspor jahe biasanya dilakukan untuk produk olahan jadi, bukan jahe mentah atau kering. Ini cukup menggembirakan sebab pengusaha akan mendapatkan nilai tambah tinggi.

Seperti yang dilakukan Antonius Jarwoko, petani jahe di Semarang, Jawa Tengah. Dia kini memproduksi sirup jahe merah dari jahe hasil kebun sendiri. Untuk memproduksi sirup, dia butuh sekitar satu ton jahe. Namun yang dihasilkan pertaniannya hanya setengah ton. Karena itu, Antonius masih harus membeli jahe dari petani lain di sekitar Semarang untuk menutup kekurangan.

Dengan pangsa pasar di seluruh Indonesia, dia meraih nilai tambah yang cukup besar dengan menjual jahe sirup. Jika saat ini harga jahe minimal Rp 10.000 per kg, dia mampu menjual sirup jahe seharga Rp 13.500 per botol.

Kebutuhan jahe merah Darul Mahbar, pemilik merek minuman jahe merah Cangkir Mas dan Cangkir Merah, juga terus meningkat. Untuk itu dia terus menjalin kerja sama dengan petani jahe di Wonosobo Jawa Tengah, dan Palembang.

Dari kerja sama ini, dia mampu memperoleh pasokan mencapai 20 ton jahe selama sembilan bulan penuh. "Petani membutuhkan distributor, dan industri olahan jahe," ujarnya.

Kerja sama saling menguntungkan antara petani dan industri olahan jahe sangat penting agar seluruh produksi jahe petani bisa terserap. Sebab, menurut Darul, petani akan kesulitan menjual seluruh hasilnya jika hanya mengandalkan penjualan jahe mentah tanpa diolah lebih lanjut.
(http://peluangusaha.kontan.co.id)

Jumat, 27 April 2012

Petani Kencur Butuhkan Perhatian Pemerintah...

Artikel tentang fakta yang menggelitik saya untuk menuangkannya diblog ini....
Ketika para petani kencur di beberapa Dusun di Kecamatan Panai Hilir, Labuhanbatu mengharapkan komoditi pertanian tersebut sebagai ‘penyanggah’ prekonomian para keluarga nelayan yang tak dapat menyandarkan hasil melaut untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, harga jual tanaman kencur justru melorot. Itu, dikarenakan minimnya pengetahuan dalam olah tani dan lemahnya penguasaan pasar. Padahal, tanaman kencur lebih menguntungkan jika dibanding budidaya komoditi kelapa sawit
Puluhan bahkan ratusan wanita yang dominan sebagai istri para nelayan di Kecamatan Panai Hilir, Labuhanbatu selama bertahun-tahun belakangan ini berperan ganda. Disatu sisi, mereka sebagai istri dari suami yang berstatus nelayan. Kaum hawa disana juga ternyata rata-rata menjadi petani tanaman kencur.
Selama ini, harga kencur cukup menggiurkan untuk dibudidayakan. Sehingga, hasil penjualannya dapat membantu keuangan keluarga. Untuk itu, kaum wanita disana sangat merindukan bantuan Pemerintah. Sebab, dalam olah pertanian komoditi tanaman tersebut dilakukan secara manual. Dan, tanpa pernah mendapatkan kucuran bantuan guna pengembangan usaha budidaya pertaniannya. Padahal, beberapa dusun yang menjadi sentra tanaman kencur di kecamatan itu merupakan ‘pertahanan prekonomian di Panai Hilir. Diantara lokasi yang menjadi sentra penanaman kencur itu adalah, Dusun Pertemuan Desa Sungai Sakat, Dusun Telaga Suka dan Dusun Suka Maju.
Seperti halnya di Dusun Pertemuan, puluhan warga mengkelola perladangan kencurnya secara tradisional. Puluhan bahkan ratusan hektar lahan pertanian kencur yang ada hanya dikelola tanpa adanya pembinaan dari pihak dinas pertanian setempat. Padahal, Kencur dari kecamatan Panai Hulu ini, dikenal pemasarannya hingga ke kota Rantauprapat, Medan bahkan menembus ke ibukota Jakarta. Ironisnya, teknik pemasaran juga terkesan masih memanfaatkan jasa para tengkulak yang selalu mematok harga sekenanya.
Petani kencur yang ada di kecamatan itu relatif dilakukan para wanita dan ibu rumahtangga. Itu, dilakukan guna membantu perekonomian keluarga yang dominan hidup sebagai keluarga nelayan.
Rukiyah (45) misalnya. Ibu rumahtangga yang tinggal di Desa Sei Baru kecamatan itu, sudah sepuluh tahun terakhir beraktivitas sebagai petani Kencur. Itu, dilakukannya disela-sela kewajiban sebagai ibu rumahtangga. Dalam aktivitas olahtani berbudidaya tanaman kencur, dia hanya mengandalkan kemampuan secara tradisional. Sebab, sebagai wanita Desa dirinya tidak pernah mendapatkan pembekalan pengetahuan secara akademisi dalam membudidayakan tanaman itu. “Belum pernah ada bantuan dari pemerintah untuk kami,” ujarnya ketika disambangi akhir pecan lalu, di areal pertaniannya di dusun Pertemuan itu.
Pola tanam Mereka sebagai petani kencur dalam mengolah tanah memanfaatkan lahan perkebunan komoditi kelapa sawit milik masyarakat setempat. Itu dilakukan dengan meminjam lahan. Dan, memanfaatkan sela-sela tanah diantara tanaman Kelapa Sawit yang ada. Identiknya, kerjasama yang dilakukan antara petani dan pemilik kebun sawit hanya saling percaya.
Dimana, petani melakukan perawatan tanah dengan menanami pohon kencur dan menyemai tanah. “Iya, kami meminjam lahan secara gratis dari pemilik kebun sawit,” ungkap Rukiyah yang juga diaminin beberapa wanita petani kencur lainnya.
Mereka yang ketika itu melakukan pemanenan lahan kencur juga menambahkan, di daerah Dusun Pertemuan seratusan hektar lahan kebun kelapa sawit juga merangkap sebagai lahan pertanian kencur.
Setiap jengkal tanah diantara tanaman sawit yang masih berumur muda menjadi tempat penanaman kencur. Pola tumpangsari tanaman pertanian itu sudah lama mereka lakukan. Bahkan, sudah mencapai sepuluh tahun terakhir. Namun, itu dilakukan dengan berpindah-pindah dari lahan kebun sawit ke lahan lainnya. Sebab, ketika usia tanaman sawit sudah mencapai 3 tahun lebih, maka pemilik kebun tersebut tidak lagi mengijinkan areal itu ditanami kencur. Selain itu, kencur juga tidak mampu tumbuh berkembang dan bertahan diantara pepohonan sawit yang semakin membutuhkan air dengan jumlah banyak. “Khususnya, panas matahari sudah jauh berkurang dibawah pohon sawit,” tambah Rukiyah.
Karena, katanya, kencur merupakan tanaman yang membutuhkan pencahayaan matahari serta debit air dengan kelembaban tekstur tanah yang memadai. Tak ayal, daerah yang memiliki tekstur tanah dammar (gambut, red) menjadi lokasi yang serasi dan ideal untuk budidaya kencur. Bertani kencur, ungkapnya cukup sederhana. Sebab, tidak terlalu membutuhkan penyitaan waktu yang lama. Karena, dalam olah tanahnya hanya memerlukan peralatan yang seadanya. Serta, bibit benihan kencur juga terkesan mudah didapat. Bahkan, tak jarang memanfaatkan benihan sisa pemanenan sebelumnya. Pun, jika bagi petani yang baru mengawali bercocok tanam dapat memperoleh bibit dengan meminta kepada petani lainnya. “Sangat mudah menanam kencur. Tanah yang sudah bersih dari rerumputan lalu diberi lobang dengan kedalam 15 centimeter. Kemudian, ditanam bibit kencur yang telah diberi taburan debu bakaran tanah damar( gambut, red) sebagai pupuknya,” ulasnya.
Dalam ukuran tanah satu rante, tambahnya, akan menghasilkan lobang sebanyak lebih kurang 3000-an dan tentu saja membutuhkan bibit kencur setara dengan banyak lobang semaian tersebut. Dalam hal perawatannya, katanya, hanya membutuhkan beberapa jenis pupuk ketika memasuki usia tanaman berumur 3 bulan. “Usia 3 bulan butuh pupuk urea,” ujarnya.
Dan, memasuki usia tanaman enam bulan sesekali diberi taburan pupuk NPK. “Hanya agar umbi kencur dapat lebih besar,” katanya. Bahkan, tambahnya, beberapa petani justru tanpa melakukan pemupukan. Namun, hasil panen akan berbeda dengan lahan yang mendapat perawatan terlebih dengan pemberian pupuk. “Ya berbeda hasilnya. Bahkan, sebaiknya diberi pupuk perangsang pengembangan umbi. Itu lebih baik,” jelasnya.
Setiap tanah seukuran satu rante, tambahnya akan menghasilkan umbi kencur sebanyak 2 ton. Bahkan, jika perawatan lebih baik, tidak tertutup kemungkinan akan mencapai lebih banyak. “Ada juga kencur yang baik itu menghasilkan kencur 1 Kg  perlobangnya,” imbuhnya. Namun, tambahnya dengan tingginya harga nilai beli pupuk di daerah itu menyebabkan banyaknya tanaman kencur yang tak memperoleh pupuk. Sehingga, ketika hasil panenan yang dilakukan akan memprihatinkan. Panen yang dilakukan, tamb ahnya terkesan sesuai keinginan petani. Tapi, idealnya sepuluh bulan usia tanam. “Semakin lama usia tanam justru lebih baik,” paparnya.
Namun, melihat kondisi penghasilan kaum pria sebagai nelayan di daerah itu yang kian memperihatinkan pasca semakin banyaknya kapal-kapal penangkap ikan dengan ukuran besar, membuat hasil tangkapan semakin kecil. Tak ayal, untuk mencukupi kebutuhan keluarga, hasil panen tanaman kencur dijadikan sebagai penopang keuangan keluarga. “Walau harga jual turun, namun mesti tetap dijual untuk mencukupi keuangan keluarga,” ujarnya.
Butuh Perhatian Pemerintah
Rukiyah mengakui peran sebagai petani kencur sudah relative lama digelutinya. Disela-sela sebagai ibu rumahtangga, dirinya sudah berperan dalam budidaya kencur selama sepuluh tahun belakangan.
Namun, sepanjang rentang waktu yang telah dilaluinya, dirinya serta para petani kencur lainnya belum pernah menerima bantuan dari pihak Pemerintah setempat. Padahal mereka, tambahnya sangat mendambakan hal itu.
Mereka membutuhkan suntikan penyediaan pupuk dan sarana pertanian lainnya. Bahkan, mengharapkan penambahan wawasan dalam olah tanah budidaya tanaman kencur. Dan,khususnya dalam hal pemasaran hasil panen yang lebih dapat menjamin harga pasar relative tinggi. Sehingga, menunggu peran pihak terkait untuk dapat memberikan perhatian dan pembinaan terhadap mereka. “Tidak pernah sekalipun kami mendapatkan bantuan pemerintah,” paparnya. Untuk itu, katanya, mereka bersedia membentuk kelompok jika memang dibutuhkan.
Apalagi, ujarnya nilai jual tanaman itu mengalami kemerosotan yang signifikan disbanding penjualan sebelumnya. Sebab, untuk harga penolakan kepada para sub agen di kawasan itu, mereka hanya mendapatkan Rp2000 hingga Rp2200 perkilogramnya. Sedangkan sebelumnya, harga kencur tersebut sempat menembus level Rp5000 perkilogramnya. Dia katanya tidak mengetahui permasalahan penyebab penurunan harga itu. Bahkan, mereka kurang mengetahui secara pasti pangsa pasar perdagangan kencur. “Memang kabarnya kencur kami dijual ke Rantauprapat dan kota Medan. Tapi, kalau ternyata sampai ke kota Jakarta, itu diluar pengetahuan kami,” ujarnya. Sehingga, keterbatasan wawasan penyebab para petani setempat tidak mampu membaca pangsa pasar dan upaya yang dibutuhkan dalam mempertahankan kestabilan harga jual.
Bahkan, ujarnya, mereka bakal terancam tidak dapat lagi berprofesi sebagai petani kencur ketika lahan yang dijadikan sebagai areal kebun sawit telah habis keseluruhannya se kecamatan Panai Hilir itu.
Sebab, pengalihfungsian lahan hutan menjadi areal perkebunan sawit terus terjadi di kawasan itu. “Ya, begitu tanaman sawit sudah beranjak besar, maka penanaman kencur diberhentikan. Tak bisa lagi,” ungkapnya.
Kencur Lebih Menjanjikan Dibanding Sawit
Sepanjang adanya budidaya tanaman kencur di daerah itu, jumlah luasan areal perkebunan sawit yang terbakar menurun drastic. Bahkan sama sekali tidak pernah terjadi. Sebab, selain terjadinya proses pemeliharaan lahan yang dilakukan petani kencur, juga tanaman kencur sendiri mampu mengurangi kebakaran lahan perkebunan sawit. Padahal, tekstur tanah gambut yang notabene mudah terbakar ketika musim kemarau.
Rukiyah menyebutkan, nihilnya kebakaran lahan di tanah gambut dikawasan itu factor utamanya karena tanaman kencur. Sebab, tanaman tersebut relative basah dan mengandung air. Sehingga, menjadi penghambat rambatan api di lahan perkebunan sawit dan pertanian kencur. “Daun kencur basah dan umbinya juga mengandung air. Sehingga tidak mudah terbakar. Serta, petani kencur juga menjaga lahan tersebut,” paparnya.
Tidak hanya itu, katanya potensialitas tanaman kencur sebenarnya relative lebih menjanjikan untung disbanding budidaya komoditi kelapa sawit. Sebab, dalam perhektar tanah yang menurut kalkulasinya menghasilkan sebanyak 25 rante ukuran tanah akan lebih menjanjikan prekonomian. Asumsinya, dengan lahan seluas satu hektar dengan pola tanam perbulannya sebanyak dua rante tanaman kencur, maka dalam perbulannya akan menghasilkan  dua rante kebun kencur. Dan, kalkulasinya, perbulan akan menghasilkan minimal 4 ton kencur. “Jika perrante mampu menghasilkan dua ton, maka perbulan akan mendapatkan empat ton kencur,” ulasnya.
Jika dibanding dengan harga jual belakangan ini, katanya mereka menjual dengan harga Rp2ribu perkilo, maka setiap rante akan menghasilkan Rp2juta. “Pertahun akan mendapatkan hasil kotor Rp44 juta perhektar. Hanya saja untuk tanaman kencur lebih butuh jumlah tenaga kerja yang relative banyak,” tambahnya.
Kencur - Rukiyah salahseorang wanita di Sei Berombang, Labuhanbatu yang menjadi petani kencur. Komoditi kencur lebih menjanjikan jika dibanding komoditi kelapa sawit
http://www.facebook.com/note.php?note_id=455624379302
 
(source : http://ekonomi.kompasiana.com/)
 
 

Kamis, 26 April 2012

Iseng-iseng tanam apa ya ?

Sedikit beralih dari jahe merah,   gak terasa kini sudah hampir masuk ke bulan mei, wah, dah hampir kemarau lagi nich, saya masih mempertimbangkan iseng-iseng nanam apalagi ya, ya tentunya tanaman yang tahan dengan sedikit air, walau memang di Mamuju hampir tidak pernah terjadi kemarau panjang, karena hujan masih sempet saja turun sekali-sekali. mau 'iseng-iseng tanam apa yang biar ada yang ditungguin, alternatifnya mungkin psang, cabe rawit, kacang hijau, jagung.

Sebenarnya saya tertarik untuk menanam pisang, kayaknya layak secara ekonomis kalau diusahakan dalam skala menengah lah, coba cari-cari ilmu perpisangan dulu, terimakasih sebelumnya untuk mbak google...heheheh

Selasa, 24 April 2012

Kenapa Harga Komoditas Bisa Naik / Turun Di Pasar ?

 

Perubahan Demand dan Supply

saya sempet-sempetnya (hehehe) cuplik prinsip dasar dalam ilmu ekonomi tentang hukum permintaan dan penawaran, uraian dibawah ini juga sangat relevan dengan harga komoditas jahe merah di pasaran. Mudah-mudahan tulisan ini bisa "inspiring" bagi pelaku bisnis jahe pada khususnya.
 
Kita sudah pernah membahas tentang hukum permintaan dan penawaran. Pada pembahasan kali ini kita akan membawa kedua konsep yang sangat penting tentang perilaku pasar tersebut secara bersamaan ke dalam satu grafik Demand dan Supply.

S&D 

Seperti yang kita dapat lihat pada grafik, kurva Demand yang menurun ke bawah mencerminkan hubungan yang negatif antara harga dan kuantitas barang. Di mana harga yang semakin rendah membuat konsumen akan membeli lebih banyak barang tersebut. Sebaliknya kurva Supply yang beralih dari kiri bawah ke kanan atas atau penawaran meningkat, menunjukkan harga yang semakin tinggi dan kuantitas barang yang ditawarkan oleh produsen akan semakin banyak.
Saat anda menurunkan harga barang tersebut, nilai marjinal setiap pertambahan unit akan turun. Konsumen tidak akan membeli barang lebih banyak dari Q2 dengan harga P2 karena nilai dari barang tersebut lebih rendah daripada harganya.
Begitupula si produsen mau menjual barangnya sebanyak Q3 karena biaya marjinal produksi barang dengan kuantitas lebih sedikit dari Q3 itu lebih rendah daripada harga barang tersebut.
Harga bukanlah satu-satunya penentu dari keinginan si konsumen untuk membeli barang dan juga bukan satu-satunya yang membuat produsen ingin menjual barangnya.
Selain harga dari suatu barang, permintaan (demand) juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti: selera konsumen, harga dari barang lainnya, pendapatan konsumen, jumlah konsumen dan prediksi harga dan pendapatan di masa depan.
Faktor penentu dari penawaran barang (supply) selain daripada harga barang yang akan dijual atau ditawarkan oleh produsen kepada konsumen antara lain adalah perubahan produktivitas yang disebabkan perkembangan teknologi, perubahan dari keuntungan yang diperoleh dari memproduksi barang-barang lain, dan perubahan dari kelangkaan (dan harga) sumber daya untuk memproduksi barang tersebut.
Peningkatan Demand
Inti dari pembahasan kali ini adalah pada perubahan Supply dan Demand. Terlebih dahulu kita memulainya dengan membahas peningkatan permintaan (demand). Anggaplah kurva Demand D1 beralih ke D2, maka akan terjadi suatu kejadian dalam pasar. Dengan harga P1, kuantitas barang yang ditawarkan tetap pada Q1 sebab di sini kurva Supply sama sekali tidak beralih.

increasingdemand 

Dengan meningkatnya kuantitas permintaan dari Q1 ke Q2 yang disebabkan oleh faktor-faktor selain harga baik yang sudah disebutkan pada bawal pembahasan ataupun faktor lain yang belum disebutkan, misalnya permintaan es krim mengalami peningkatan karena suhu di Kota Medan sedang sangat panas. Pada harga awal (P1), es krim yang diminta dan dibeli konsumen adalah sebanyak Q2 tetapi barang yang ditawarkan produsen eskrim sebanyak Q1. Keadaan seperti ini disebut dengan Market Shortage (kekurangan pasar) yakni permintaan barang oleh konsumen lebih besar daripada barang yang ditawarkan produsen.
Selanjutnya, terjadi tekanan pada produsen untuk menambah kuantitas es krim yang dijualnya menjadi lebih banyak, sehingga harga meningkat dari P1 ke P2 sebagai kompensasi bagi si produsen disebabkan peningkatan biaya marjinal produksi.
Konsumen menawar dengan harga lebih tinggi atau produsen langsung menaikkan harga es krim. Dampak dari kenaikan harga es krim tersebut adalah terjadi penurunan kuantitas es krim yang diminta oleh konsumen, karena harga lebih mahal daripada nilai marjinal es krim tersebut.
Harga telah meningkat dari P1 ke P2 dan kuantitas menurun dari Q2 ke Q3. Dalam pasar terdapat batasan kuantitas barang dan juga batasan peningkatan harga. Kuantitas barang yang ditawarkan oleh produsen di pasar meningkat (Q1 ke Q3) karena harga lebih tinggi daripada biaya marjinal akibat pertambahan produksi yang lebih banyak. Begitupula banyaknya permintaan konsumen akan bertambah  (Q1 ke Q2), dan juga adanya penurunan permintaan (Q2 ke Q3) karena kenaikan harga (P1 ke P2).
Yang perlu menjadi catatan anda adalah, bahwa jika permintaan meningkat dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam pasar yantara lain terjadi penurunan penawaran barang dan peningkatan penawaran.
Inti dari analisis ini adalah kita dapat mengetahui bahwa jika terjadi peningkatan permintaan, maka kuantitas barang yang dibeli konsumen menjadi lebih banyak daripada tidak terjadi peralihan kurva permintaan. Dan kita juga mengetahui bahwa harga meningkat lebih tinggi ketika terjadi peningkatan permintaan.
Penurunan Kurva Demand
Pada kasus penurunan Demand. Kita anggap kurva Demand beralih dari D1 ke D2. Penurunan ini terjadi karena beberapa sebab, seperti penurunan jumlah konsumen,  dan pertimbangan lainnya.

decreasingdemand 

Harga awal yaitu P1, kuantitas yang ditawarkan tetap pada Q1 karena di sini kurva Supply tidak berubah atau beralih. Kuantitas barang yang diminta menjadi Q2. Keaadaan ini menyebabkan terjadi Surplus (kelebihan) barang di pasar. Artinya produsen menawarkan lebih banyak barang daripada yang diminta konsumen. Kemudian produsen mau menurunkan harga barangnya. Oleh karena harga diturunkan, produsen akan menurunkan kuantitas barang yang ditawarkannya sebab harga menjadi lebih rendah daripada biaya marjinal produksi.Lebih rendahnya harga daripada biaya marjinal produksi menyebabkan produsen mengalami kerugian sehingga mereka menurunkan kuantitas yang ditawarkannya.
Kesimbangan pasar beralih dari persilangan E1 ke persilangan E2, yang artinya pada keseimbangan (equilibrium) harga turun dari P1 ke P2. Pada batasannya, kuantitas barang yang ditawarkan oleh produsen dan diminta oleh konsumen juga ikut turun. Pada penurunan harga (P1 ke P2), kita mendapati kuantitas barang yang dikonsumsi oleh konsumen lebih banyak daripada pada saat harga tidak turun (tetap pada P1).
Inti utama dari analisis ini adalah bahwa penurunan Demand tanpa ada memperhatikan apapun yang terjadi pada sisi Supply didapati jika kurva Demand turun maka harga ikut turun dan menjadi lebih rendah daripada yang dinyatakan sebelumnya. Dan kita juga dapati bahwa pada keseimbangan kuantitas yang diproduksi produsen dan dikonsumsi konsumen menjadi lebih rendah daripada yang dinyatakan sebelumnya (E2 >E1).
Peningkatan Supply
Sekarang kita membahas perubahan Supply. Kita anggap Supply meningkat dan beralih ke kanan bawah (S1 ke S2). Pada kasus ini, pada tingkat harga P1, kuantitas barang yang diminta konsumen berada pada Q1 dan kuantitas barang yang ditawarkan produsen berada pada Q2.
Kita mendapati kuantitas barang yang ditawarkan produsen lebih besar daripada kuantitas barang yang 
diminta oleh konsumen

. IncreasingSupply 

Keadaan ini disebut dengan surplus in the market. Sekali lagi kita dapati ada tekanan persaingan untuk mendorong turunnya harga karena produsen pada kasus ini mempunyai biaya marjinal produksi yang lebih rendah daripada harga. Pada sisi produsen, untuk membuat konsumen menambah kuantitas permintaannya maka produsen  harus menurunkan harga. Ketika harga sudah turun maka harga menjadi lebih rendah daripada biaya marjinal untuk setiap unit yang diproduksi, sehingga produsen akan kehilangan uangnya atau menderita kerugian. Produsenpun mulai menurunkan kuantitas barang yang ditawarkannya di pasar.
Pada saat harga turun, harga berada di bawah nilai marjinal setiap unit sehingga konsumen akan membeli lebih banyak barang. Keseimbangan awal terletak pada E1 akan beralih ke keseimbangan E2 yang artinya harga turun dari P1 ke P2 dan kuantitas barang yang terjual bertambah dari Q1 ke Q3.
Kesimpulan dari analisis ini bahwa ketika Supply meningkat maka harga akan lebih rendah dari yang dinyatakan sebelumnya dan kuantitas barang yang terjual pada konsumen akan lebih tinggi dari yang dinyatakan sebelumnya.
Penurunan Supply
Demostrasi terakhir yang perlu dibuat dalam pembahasan adalah penurunan Supply yang mungkin disebabkan oleh  peningkatan biaya produksi, penurunan produktivitas tenaga kerja atupun sumber daya yang semakin menipis.
Kita sudah tetapkan harga awal adalah pada P1 dan kuantitas barang yang diminta pada Q1. Oleh karena kurva Demand tidak ada beralih sama sekali, maka kuantitas barang yang ditawarkan berada pada Q2. Dalam kasus ini kita dapati kuantitas barang yang diminta konsumen lebih besar daripada kuantitas barang yang ditawarkan produsen, sehingga kita terjadi keadaan pasar yang kekurangan (shortage in the market).


Decreasingsupply

Sama seperti sebelumnya jika mengalami keadaan shortage market, maka muncul tekanan untuk menaikkan harga. Konsumen yang manginginkan barang tersebut mulai menawar dengan harga yang lebih tinggi, begitu juga produsen menetapkan harga yang lebih tinggi.
Ketika harga naik maka kuantitas barang mulai turun karena saat itu nilai marjinal barang tersebut lebih rendah dibandingkan harga barang, sehingga konsumen mengurangi konsumsinya.
Keseimbangan lama E1 beralih menjadi keseimbangan baru E2 yaitu pada harga P2 dan Q3.
Kesimpulannya, Apabila penurunan Supply terjadi maka harga akan meningkat sedangkan kuantitas barang menjadi lebih sedikit daripada sebelumnya.
Pelajaran yang dapat anda ambil dari pembahasan ini adalah ketika dalam kenyataannya, anda mendapati perubahan dari beberapa faktor yang menentukan posisi kurva Demand dan Supply maka harga dan kuantitas barang akan berubah. Hal penting tentang Supply dan Demand adalah bahwa anda dapat menggunakan persilangan keseimbangan sebagai titik permulaan dan anda dapat menyimpulkan Supply dan Demand dapat menjadi penyebab baik itu kekurangan maupun kelebihan dalam pasar. Kemudian anda dapat memahami apa yang terjadi pada keseimbangan harga dan kuantitas barang.

Adapted from “Microeconomics for MBAs: The Economic Way of Thinking for Managers” by Richard B. Mckenzie and Dwight R. Lee

Senin, 23 April 2012

Prospek dan Kendala Komoditas Jahe Mamuju

Iseng-iseng mengamati perkembangan budidaya jahe di Mamuju, khususnya di Lingkungan Ala-Ala dan Salunangka, Kel. Rangas Kec. Simboro, ada beberapa hal yang menyita perhatian :
  • Petani begitu antusias menanam jahe dengan membuka lahan baru  sehingga disana sini dapat ditemukan orang-orang bergotong royong membabat  dan membakar ranting kayu dan rumput setiap hari.
  • Karena budidaya disini termasuk dalam tahap awal produksi  maka hasil panen warga pada umumnya masih beredar hanya disekitar warga setempat untuk dijadikan bibit kembali,   saya lihat belum ada penjualan yang signifikan ke pihak luar (pedagang)
  • Petani belum memiliki gambaran yang jelas kemana hasil panen hendak dijual oleh karena terbatasnya pembeli disekitar kampung, mereka cenderung  tidak mengikuti perkembangan harga diluar sana. Saya berkesimpulan harga yang dinikmati petani masih jauh dibawah harga pasar wajar.
  • Pemodal dari kota sudah mulai berdatangan untuk mengajak warga setempat menanam jahe dengan sistem bagi hasil nantinya.
  •  Besarnya harapan petani disini untuk memperbaiki taraf hidup mereka dari budidaya jahe untuk   menggantikan kakao yang produksi sudah sangat menurun. Bahkan banyak kebun kakao yang dibiarkan terlantar tidak diurus lagi karena pemiliknya beralih menanam jahe.

Saya melihat ada beberapa hal yang berpengaruh dominan terhadap perkembangan komoditas jahe di Mamuju antara lain :
  • Kemampuan petani untuk menyediakan jahe dengan kualitas yang memadai serta kuantitas yang cukup 
  • Daya serap pasar yang cukup tinggi untuk mengakomodasi komoditas hasil produksi petani Mamuju
  • Harga yang menguntungkan kedua belah pihak yaitu antara petani dan pembeli
  • Perhatian dan dukungan  pemerintah setempat untuk memfasilitasi dan mengusahakan agar pembeli dapat membeli jahe para petani secara kontinu dengan harga pasar yang wajar
  •  Peningkatan pengetahuan para petani terhadap produk lanjutan komoditas jahe, yaitu pengolahan jahe segar menjadi jahe kering dan serbuk jahe dll.
Dapat disimpulkan bahwa untuk menjadikan jahe sebagai produk andalan Mamuju perlu sinergi antara petani, pengusaha / pedagang, dan pemerintah sehingga misi untuk mensejahterakan petani dapat tercapai dengan baik dengan pola kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan serta bebas monopoli. Peranan pemerintah dalam hal ini sangatlah vital untuk menciptakan suasana investasi pertanian khususnya budidaya jahe yang kondusif.

Apabila hal diatas dapat tercapai maka minimal :
  • Petani akan sejahtera
  • Pengusaha / pedagang mendapatkan jahe dengan kualitas dan kuantitas memadai
  • Meningkatkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) kabupaten Mamuju, dan Sulawesi Barat pada umumnya dll
Sekian dulu....




Kakao Gagal, Jahe Jadi Pilihan



Oleh karena banyaknya penyakit yang menyerang tanaman coklat, petani Mamuju Sulbar banyak yang beralih  menanam  Jahe, walaupun memang rantai pemasaran jahe belum terbentuk dengan baik. "Uji coba" ini dapat dikatakan sebagai sebuah cara untuk mencari alternatif komoditas lain yang dapat diserap pasar untuk meningkatkan kesejahteraan petani pasca era kejayaan kakao.

Mudah-mudahan pengembangan komoditas jahe ini mendapat dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah di Sulawesi Barat sehingga hasil panen jahe petani dapat terserap pasar dengan harga yang wajar dan tidak menjadi objek permainan para calo / pedagang.

Bagi para pedagang, eksportir, serta pengusaha industri jamu yang membutuhkan komoditas ini saya harap untuk tidak ragu datang ke Mamuju Sulawesi Barat untuk mencari komoditas / bahan baku usaha anda, sepanjang kerjasama yang terbina saling menguntungkan kedua belah pihak saya yakin pembudidayaan jahe dalam skala besar di Mamuju menjadi sangat dimungkinkan oleh karena masih banyaknya lahan yang tersedia serta terutama cuaca / iklim di Mamuju sangatlah cocok untuk pengembangan komoditas yang satu ini. dapat dipastikan bahwa kualitas jahe hasil produksi petani Mamuju tidak kalah dan mungkin lebih baik daripada kualitas jahe di tempat lain.

Pola kemitraan juga sangat layak untuk dibentuk antara petani di Mamuju dengan para pedagang / pengusaha yang bergerak di bidang per-jahe-an, sehingga nanti bisa terbentuk kontinuitas supply dan demand dalam jangka panjang. Hal ini juga untuk menghindari terjadinya monopoli oleh sekelompok orang tertentu yang bisa mempermainkan harga jahe seenaknya sendiri. OKE






    

Minggu, 22 April 2012

Jauh dari Jawa Timur Mashud Berburu Jahe Merah ke Sulut

RIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Mashud, Pengusaha asal Bojonegoro, Jawa Timur, mencari jahe merah hingga ke Sulawesi Utara. Menurutnya, jahe merah yang ada di Sulut merupakan komoditas yang unggul dan hanya ada di Sulut.

"Kami kesini untuk mencari jahe merah, sulit cari Jahe Merah sehingga kami harus kesini untuk mencarinya. dan kami sudah menemukannya," kata Mashud pada sejumlah media di HotelSahid Kawanua, Kamis (23/2/2012).

Mashud menambahkan, rencananya jahe merah tersebut akan digunakan sebagai bahan minuman sachet dan jamu-jamuan. Sehingga ia harus membutuhkan komoditas jahe merah yang banyak untuk memenuhi kebutuhan produksi.

"Jahe merah ini kami memerlukan dalam jumlah yang banyak. kami sudah menemukannya disini sebanyak 28 ton. dan kami harapa ini terus berkelanjutan," ujarnya.

Di tempat yang sama, pengusaha sekaligus penjual jahe merah asal Halmahera Barat, H Faraeh Wakit, mengatakan, jahe yang dijualnya telah terbeli dari Jatim. Menurutnya transaksi perdagangan ini akan terus berkelanjutan kedepannya.

"Jahe merah sebanyak 28 ton. Nanti ke depannya akan ada kelanjutannya," ucap Wakit. (def)

(http://manado.tribunnews.com/2012/02/23/jauh-dari-jawa-timur-mashud-berburu-jahe-merah-ke-sulut)

Kamis, 19 April 2012

Peluang usaha berbisnis Jahe kering

Alam Indonesia terkenal sebagai pengasil rempah-rempah, dan masyarakatnya sendiri memiliki beragam masakan yang kental dengan bumbu rempahnya. Salah satu diantaranya adalah adalah Jahe (Zingiber officinale). Jenis rimpang ini sangat mudah di budidayakan sehingga ketersediaannya cukup melimpah.
Rimpang jahe, terutama yang dipanen pada umur yang masih muda tidak berrtahan lama disimpan di gudang. Untuk itu diperlukan pengolahan secepatnya agar tetap layak dikonsumsi terutama pada saat panen melimpah. Salah satu hasil olahan jahe berupa jahe kering. Jahe kering adalah irisan rimpang jahe yang telah dikeringkan. Cara pembuatannya sangat sederhana. Rimpang dicuci, kemudian diiris-iris dan dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering. Jahe jering merupakan bahan baku untuk pengolahan tepung jahe, dan bumbu masak.
Jenis jahe kering dapat dikelumpokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
  • Jahe kering berkulit: jahe yang akan dikeringkan tidak dibuang kulitnya.
  • Jahe kering setengah berkulit: jahe yang akan dikeringkan dikupas permukaan datarnya.
  • Jahe tanpa kulit: jahe yang akan dikeringkan dikupas seluruh kulitnya.
Dengan ketersediaan yang cukup melimpah dan kebutuhan pasar yang cukup tinggi baik penggunaan rumah tangga ataupun kebutuhan sebagai bahan baku industri menjadikan usaha pengolahan jahe kering ini menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan.

Berikut tahap-tahap dalam pembuatan Jahe Kering :
1. Bahan Baku : Rimpang jahe
2. Peralatan :
· Pisau dan talenan. Alat ini digunakan untuk mengupas kulit umbi.
· Pengupas kulit. Alat mekanis digunakan untuk mengupas kulit jahe pada usaha penolahan dalam jumlah besar. Untuk pengolahan jahe dalam jumlah kecil, pengupasan dapat dilakukan dengan pisau.
· Pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan irisan jahe. Pada saat langit cerah dan banyak sinar matahari, irisan jahe dapat dijemur di atas tampah. Jika hari hujan, atau langit tertutup awan, pengeringan dilakukan dengan alat pengering.
· Pencuci umbi. Alat ini digunakan untuk memcuci rimpang. Untuk usaha dengan skala kecil, pencucian dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan sikat yang lunak dengan semprotan air.
3. Cara pembuatan :

 
 
  • Pencucian , Rimpang dicuci sampai bersih.
    • Untuk pengolahan dalam jumlah besar, pencucian dilakukan dengan alat mekanis. Jika tidak mempunyai alat mekanis, pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan semprotan air tekanan tinggi.
    • Untuk pengolahan dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, rimpang dapat disikat dengan sikat lunak pada saat pencucian.
  • Pengupasan Kulit. Jahe yang telah dicuci dapat langsung diiris, atau dikupas terlebih dahulu. Pengupasan hanya sekedar membuang kulit tipis pada bagian luar umbi.
    • Untuk pengolahan dalam jumlah besar, pengupasan dilakukan dengan alat mekanis.
    • Untuk pengolahan dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, rimpang dapat dikupas dengan pisau.
  • Pengirisan. Jahe diiris tipis-tipis dengan ketebalan 3~4 mm.
    • Untuk pengolahan dalam jumlah besar, pengirisan dilakukan dengan alat mekanis.
    • Untuk pengolahan dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, rimpang dapat dikupas dengan pisau.
  • Blanching
    • Irisan rimpang yang dijemur atau dikeringkan, terlebih dahulu perlu diblanching di dalam air panas. Tujuannya adalah agar irisan jahe tidak menjadi hitam atau coklat tua pada saat dijemur atau dikeringkan. Warna tersebut terjadi karena reaksi pencoklatan yang disebabkan oleh enzim pada jaringan jahe. Pemanasan dapat membunuh enzim tersebut.
    • Air dipanaskan sampai bersuhu 90~950C.
    • Ke dalam air panas tersebut, dimasukkan jahe. Jumlah irisan jahe adalah sepertiga dari jumlah air. Dengan demikian, setiap 1 liter air panas hanya dapat dimasuki oleh 300~350 gram irisan jahe. Irisan jahe dibiarkan di dalam air panas selama 5~10 menit sambil diaduk dengan pelanpelan. Setelah itu, irisan jahe segera diangkat dan ditiriskan.
  • Pemutihan.
    • Irisan jahe dapat diputihkan dengan larutan kepur.
    • Kapur sirih dimasukkan ke dalam air, kemudian diaduk-aduk sampai semua kapur larut. Setiap 1 liter air memerlukan 15~30 gram kapur sirih. Setelah itu, larutan ini dibiarkan di dalam wadah tertutup selama 4~8 jam sehinga padatan yang tidak larut mengendap. Cairan jernih di atas endapan yang digunakan untuk pemutihan jahe. Sedangkan endapan dibuang.
    • Irisan jahe dimasukkan ke dalam larutan jernih kapur. Perendaman dilakukan selama semalam. Setelah itu, irisan ditiriskan.
Proses pemutihan tersebut tidak harus dilakukan. Proses ini hanya dilakukan untuk menghasilkan jahe kering putih.
  • Pengeringan. Irisan jahe dijemur dengan sinar matahari, atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kering dengan kadar air di bawah 10% dengan tanda berbunyinya jahe kering kalau dipatahkan.
  • Pengemasan. Jahe kering dikemas di dalam karung plastik. Selama penyimpanan dan pengangkutan tidak boleh terkena air atau berada pada ruang lembab.
Pengolahan yang tidak terlalu sulit dan kepastian penyerapan pasar merupakan dasar yang kuat untuk menekuni bisnis ini. Selamat mencoba.
(http://binaukm.com/2010/11/peluang-usaha-berbisnis-jahe-kering/ )

Jahe : Pengolahan dan Pemasaran

Rimpang jahe, terutama yang dipanen pada umur yang masih muda tidak bertahan lama disimpan di gudang. Untuk itu diperlukan pengolahan secepatnya agar tetap layak dikonsumsi. Untuk mendapatkan rimpang jahe yang berkualitas, jahe dipanen pada umur tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua.




Jahe segar Selain dipasarkan dalam bentuk olahan jahe, juga dipasarkan dalam bentuk jahe segar, yaitu setelah panen, jahe dibersihkan dan dijual kepasaran.

Terdapat beberapa hasil pengolahan jahe yang terdapat di pasaran, yaitu:

* Jahe kering
* Awetan jahe
* Jahe bubuk
* Minyak jahe
* Oleoresin jahe

Jahe kering
Merupakan potongan jahe yang dikeringkan dengan irisan memotong serat irisan tipis (digebing). Jenis ini sangat populer di pasar tradisional.

Awetan jahe
Merupakan hasil pengolahan tradisional dari jahe segar. Yang paling sering ditemui di pasaran adalah, tingting jahe (permen jahe), acar, asinan, sirup, dan jahe instan. Beberapa jenis olahan jahe ini disukai konsumen dari daerah Asia dan Australia.

Bubuk jahe
Merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe menggunakan teknologi industri, jahe dikeringkan selanjutnya digiling dengan kehalusan butiran bubuk yang ditentukan. Bubuk jahe diperlukan untuk keperluan farmasi, minuman, alkohol dan jamu. Biasanya menggunakan bahan baku jahe kering.

Oleoresin jahe
Adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe. Bentuknya berupa cairan cokelat dengan kandungan minyak asiri 15 hingga 35%.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Jahe)

Rabu, 18 April 2012

Menanam Jahe Ternyata.......

Hobi agrobis dan minat terhadap nilai ekonomis jahe merah membawa saya pada eksperimen menanam jahe di lahan seluas 4 ha di Mamuju, Sulbar, yah...ternyata capek juga, modal juga tinggi. Pada akhirnya waktu akan menjawab apakah hobi plus investasi ini layak gak secara ekonomi....just wait and see....!!!!!

Hangatnya Jahe Merah, Sehangat Labanya


Jahe merah adalah tanaman rempah-rempah yang memiliki banyak manfaat. Pengetahuan masyarakat akan khasiat jahe merah membuat permintaan produk semakin meningkat. Sayangnya, peningkatan itu tidak diimbangi dengan peningkatan produksi.

Jahe merah menjadi salah satu jenis tanaman obat yang sedang menjadi primadona. Selain menyajikan rasa hangat alami manfaat jahe merah sangat banyak. Manfaatnya antara lain, sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada roti, kue, biskuit, kembang gula, dan berbagai makanan dan minuman

EKSPOR KOMODITAS JAHE

(copied from http://anjaruntoro.wordpress.com)
Tanaman Jahe merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang diperdagangkan di dunia. Jahe diekspor dalam bentuk jahe segar, jahe kering, jahe segar olahan dan minyak atsiri. Dengan semakin berkembangnya perusahaan jamu dalam negeri bahkan telah melakukan ekspor kemancanegara maka peluang pengembangan jahe sebagai salah satu bahan baku pembuatan jamu menjadi sangat terbuka.
Berdasarkan data stastistik perkebunan semester I tahun 1999 luas areal penanaman jahe di Kabupaten Sukabumi sebesar 1.176,65 Ha dan umumnya ditanam pada areal perkebunan rakyat.

Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu sentra produksi jahe di Jawa Barat sebenarnya mempunyai peluang yang cukup besar dalam pengembangan jahe. Hal ini jika dilihat dari potensi daerah, penyediaan sarana pertanian dan banyaknya petani yang secara rutin menanam jahe. Sesuai dengan kesesuaian lahan dan iklim, banyak tempat di Kabupaten Sukabumi yang cocok untuk penanaman jahe. Begitu pula dengan sarana pertanian yang mudah didapatkan dan terutama banyak petani yang telah berpengalaman dalam perjahean.

Walaupun demikian sampai saat ini petani belum mendapatkan nilai tambah yang maksimal dalam usahataninya atau dengan kata lain keuntungan usahatani jahe masih banyak dirasakan oleh pedagang pengumpul dan para eksportir. Hal ini disebabkan karena para petani belum menguasai teknologi budidaya yang mutakhir dan masalah mutu hasil produksi. Dengan demikian banyak ditemukan kegagalan dalam usahatani yang disebabkan oleh masalah hama/penyakit terutama penyakit busuk bakteri, harga yang tidak sesuai dan hasil produksi yang rendah.

Jahe Merah : Cegah Stroke Dan Penyakit Jantung

Tanaman jahe merah merupakan tumbuhan berbatang tegak dan tidak bercabang. Daunnya tersusun berselan-selang tertaur. Batangnya bulat kecil berwarna hijau dan agak keras. Tinggi tanaman ini tidak lebih dari 60 cm. Jahe merah disebut Zingiberofficinale linvarubrum termasuk kedalam spesies jahe atau Zingiber Officinale Rosc. Di daerah dikenal dengan nama jahe sunti. Dibalik rasanya yang pedas jahe meah mengandung zat yang sangat berguna bagi tubuh kita.
Sesuai namanya jahe ini berwarna merah hingga jingga muda. Tanaman ini berserat kasar dengan tekstur batang yang kasar pula, batang berbentuk bulat kecil dan berwarna hijau kemerahan. Jahe merah banyak dipilih sebagai obat batuk lantaran kandungan zat yang dimilikinya seperti minyak atsiri, zat gingerol, serta oleoresin atau zat yang memberi rasa pahit dan pedas lebih tinggi dari jahe biasa.



Sifat kimiawi yang terkandung di dalam jahe jenis ini adalah gingerol dan minyak terbang, lomonene, cineole, dehydrogingerdione, gingerdione, alphalonolenic acid, arginine, asparic, betha-sitosterol, caprilic-acid, capsaicin, chorogenic acid, famesal, famese, famesol. Komponen jahe merah yang paling utama adalah gingerol yang bersifat antikoagulan. Fungsi gingerol mencegah penggumpalan darah, sehingga pembuluh darah tidak tersumbat. Seperti diketahui bahwa penyumbatan pembuluh darah merupakan penyebab utama stroke dan serangan jantung.
Gingerol juga diketahui dan dipercaya dapat membantu mengurangi kadar kolestreol Tanaman yang memiliki bahasa ilmiah Zingiber Officinale ini ukurannya lebih kecil dibanding jahe lainnya.  Selain itu jahe merah juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan radikal bebas didalam tubuh. Tumbuhan umbi ini juga juga efektif sebagai pereda rasa sakit yang alami serta dapat meredakan rematik, sakit kepala serta migraine.
Jahe merah sering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat herbal karena aromanya yang sangat tajam. Khasiatnya antara lain membuat lambung menjadi nyaman dan membantu mengeluarkan anginjuga melawan pilek dan flu. Khasiat lain jahe selain sebagai peluruh masuk angin dan untuk menghangatkan badan juga dapat membantu menambah nafsu makan dan peluruh keringat. Tumbuhan ini juga dapat membantu mengatasi radang tenggorok, sakit pinggang, meningkatkan stamina, mangatasi asma dan batuk kering.
(http://www.diwarta.com)

Berbagai Khasiat Jahe Merah

Liputan6.com, Jakarta: Jahe merah (Zingiber officinale Roxb. var Rubra) atau Zingiberaceae Officinale Roscoe atau Zingiberaceae Officinale Rose adalah tanaman herbal semusim dengan tinggi 40-50 cm. Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak asiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil dengan warna merah.

Jahe merah digunakan secara luas dalam pengobatan tradisional Cina. Tanaman ini mampu mengobati fungsilimpa kecil, lambung dan ginjal (terutama untuk pria dan juga diklasifikasikan sebagai aphrodisiac/zat perangsang dan pengobatan yang baik untuk impotensi)






Dalam pengobatan Arab jahe merah dikatakan sebagai panas dalam derajat kedua dan lembab dalam derajat kesatu. Ia menghangatkan dan mempunyai efek melembutkan perut, juga berguna bagi tubuh terhadap masalah pencernaan seperti kembung, keracunan makanan, dan sembelit.

Dalam pengobatan Barat jahe merah memegang peranan penting dalam dunia pengobatan Barat seperti halnya dalam dunia pengobatan Timur (China, Jepang dan India) Tanaman ini bisa digunakan sendirian atau sebagai bahan campuran dalam resep herbal dan juga dipakai sebagai "penyembuhan koreksi" terhadap efek yang tidak diinginkan dari tumbuhan lain. Telah dibuktikan dalam riset terakhir bahwa jahe merah mempunyai kandungan yang unik yang dapat membantu pengobatan lain menjadi lebih baik diterima dan diserap tubuh.

Walaupun jahe merah tidak pernah diteliti dalam pengobatan asma, menurut DR. Suwijiyo Pramono, ahli fitofarmaka dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, kemungkinan rasa hangat karena kandungan minyak asiri itulah yang menyebabkan rasa lega bagi penderita asma.

bebaraopa khasiat penyembuhan jahe merah yang lain adalah Migrain, pusing-pusing, melancarkan peredaran darah, memperbaiki pencernaan, perut kembung, memecah gas dalam perut, encok & pegal linu, masuk angin, influenza. Meskipun jahe merah ini cukup baik mengobati beberapa jenis penyakit, tapi untuk mereka yang menderita penyakit maag harus berhati-hati. Kandungan gingerol nya yang tinggi bisa membuat lambung panas dan teriritasi. Sehingga menambah kronis si penderita maag. (Dirangkum dari berbagai sumber)

Selasa, 17 April 2012

Budidaya Jahe Merah

Jahe merah adalah tanaman rempah-rempah yang memiliki banyak manfaat. Pengetahuan masyarakat akan khasiat jahe merah membuat permintaan produk semakin meningkat. Sayangnya, peningkatan itu tidak diimbangi dengan peningkatan produksi.

Jahe merah menjadi salah satu jenis tanaman obat yang sedang menjadi primadona. Selain menyajikan rasa hangat alami manfaat jahe merah sangat banyak. Manfaatnya antara lain, sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada roti, kue, biskuit, kembang gula, dan berbagai makanan dan minuman.

Jahe merah juga bisa digunakan sebagai bahan baku industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional. Juga produk olahan lain seperti asinan jahe, acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Bahkan dewasa ini petani cabai juga menggunakan jahe sebagai pestisida alami.

Selain dijual dalam bentuk segar, kering, bubuk dan awetan jahe, hasil penyulingan jahe juga bernilai ekonomis tinggi karena bisa digunakan sebagai bahan campuran minuman beralkohol, dan es krim.

Sebenarnya selain jahe merah, masih ada jenis jahe lain yaitu jahe putih atau jahe gajah, dan jahe emprit. Namun dari beberapa macam jahe tersebut, saat ini pamor jahe merah sedang naik daun.

Naiknya pamor jahe merah dikatakan Darul Mahbar asal Jakarta. Darul memiliki usaha pembuatan minuman berbahan pokok jahe merah merek Cangkir Merah dan Cangkir Mas.

Dari usaha ini, ia mengaku memperoleh omzet minimal Rp 100 juta per bulan. Selain di pasarkan di dalam negeri, jahe merah buatan Darul juga merambah pasar Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.

Darul mengatakan, dalam dua tahun terakhir tren permintaan produk berbahan jahe merah meningkat pesat. Hal itu disebabkan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang khasiat jahe merah.

Walaupun terjadi peningkatan permintaan, persediaan jahe merah masih kurang. "Kurangnya pasokan membuat harga jahe merah di pasaran naik sekitar 400% dalam dua tahun terakhir," ujar Darul.

Sekarang ini, harga jahe merah paling murah di pasaran sekitar Rp 10.000 per kilogram (kg). Harga itu meroket jika dibanding tiga tahun lalu yang sempat turun drastis. Penurunan harga membuat banyak petani jahe berhenti menanam.

Kurangnya pasokan juga disebabkan karena faktor cuaca. Anomali cuaca yang terjadi hampir di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia membuat produksi jahe menurun.

Untuk memenuhi kebutuhan jahe merah yang mencapai 15 ton per bulan, Darul bekerja sama dengan sejumlah petani di Wonosobo dan Palembang. Namun perkembangan usaha, membuatnya harus memikirkan bagaimana memperoleh pasokan secara cepat.

Senada diungkapkan Sutomo Muntoha, pemilik CV Jahe Merah di Jakarta. Menurutnya, selain untuk kebutuhan dalam negeri, permintaan ekspor jahe merah bisa mencapai satu ton per hari. “Berapa saja yang ada, semua diserap habis,” tandas Sutomo.

Selain menanam sendiri, Sutomo juga membeli jahe merah dari petani lain. Dalam sebulan, dia mampu mengumpulkan jahe merah hingga 120 ton. Namun pasokan yang diterimanya masih kurang, sehingga dia harus mengimpor dari India dan Vietnam. "Tren permintaan terus naik, namun pasokan dari petani jahe dalam negeri malah terus turun," katanya.

Potensi bisnis jahe merah

Potensi bisnis jahe merah semakin mendapatkan tempat di mata konsumen. Meski khasiat jahe sudah dikenal sejak bertahun-tahun yang lalu, trend produksi obat herbal turut memberikan andil populernya olahan dari jahe. seperti yang sudah banyak diketahui olahan jahe mampu memberikan efek yang baik bagi tubuh manusia diantaranya menambah stamina dan vitalitas tubuh. Salah satu jenis jahe yang sering dibudidayakan adalah jahe merah atau yang disebut dengan Jahe Sunti. Ciri dari Jahe ini adalah rimpangnya kecil,warnanya kuning kemerahan, seratnya kasar, rasanya sangat pedas dan aroma yang sangat tajam.
Untuk menghasilkan produksi Jahe Merah yang baik diperlukan tanah yang banyak mengandung bahan organik atau humus dan drainase yang baik. Jahe merah sangat cocok ditanam pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian 500-100 m dpl. Meski demikian sebenarnya Jahe Merah bisa juga tumbuh dan berkembang pada dataran rendah.

Cara Menanam Jahe Merah

Pada umunya Tanaman jahe diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan rimpang. Sebelum Jahe Merah ditanam terlebih dulu disiapkan lahan dengan membuat bedengan pada lahan yang dibentuk dengan lebar 80 – 100 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan, jarak antar bedengan 40 – 50 cm. Pada bedengan dibuat alur sedalam 10 – 15 cm sebagai lubang tanam kemudian bibit ditanam sedalam 3 – 5 cm dengan tunas menghadap ke atas. Setelah tanam dapat diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun pisang terutama pada daerah-daerah yang penyinarannya cukup tinggi.
Setelah tanaman Jahe merah ditanam, taham selanjutnya adalah tahap pemeliharaan. Pemeliharaan meliputi penyulaman untuk mengganti tanaman jahe yang tidak tumbuh atau perkembangannya kurang baik. Langkah lain adalah penyiangan tanaman jahe merah,agar tidak terganggu oleh gulma. Penyiangan sangat penting dilakukan pada 3 bulan pertama.
Pada usia satu bulan setelah tanam, pemupukan jahe merah perlu dilakukan dengan pupuk urea dan KCL. Jumlah pemupukan urea 400 kg/ha dan KCL 300 kg/ha. Pada saat usia jahe merah 3 bulan dilakukan pemupukan kembali dengan urea 400 kg/ha.

Panen Jahe Merah

Tanaman jahe umumnya dipanen tua setelah berumur 8 – 10 bulan saat kadar oleoresin optimum ditandai dengan rasa pedas dan bau harum. Khusus untuk jahe gajah bisanya dipanen disesuaikan dengan tujuan pemanfaatannya. Kemampuan produksi budidaya jahe jahe merah dan jahe emprit adalah 10 – 15 ton / ha.(Galeriukm).

Minggu, 08 April 2012

Budidaya Tanaman Jahe ( Zingiber Officinale )

1. SEJARAH SINGKAT

Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.
Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional.
Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain.